aLamathuR.com - Dalam keriuhan dunia Gen Z, di mana tren berkelebat secepat unggahan media sosial, ada dua elemen klasik yang tetap bertahan: rokok dan kopi. Bukan lagi sekadar kebiasaan orang tua, kini keduanya bertransformasi menjadi bagian dari identitas, bahkan gaya hidup. Namun, di antara kepulan asap dan aroma seduhan, tersembunyi perdebatan yang tak kasat mata. Kopi, dengan segala pesona kafeinnya, sering kali dianggap sebagai sahabat produktivitas, pemicu ide-ide cemerlang yang mengalir deras di kedai kopi estetik. Sementara rokok, meski disadari bahayanya, masih saja menggoda sebagian, mungkin sebagai penanda pemberontakan, atau sekadar ritual di sela-sela kepadatan jadwal.
Namun, di balik narasi romantisasi tersebut, sains berbicara. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Psychological Reports (2018) oleh Zhang dan rekan-rekan menunjukkan bahwa konsumsi kafein moderat dapat meningkatkan fokus dan mengurangi kelelahan, sangat relevan bagi Gen Z yang sering dituntut multitasking. Kopi seolah menjadi bahan bakar bagi kreativitas digital dan ritme kerja non-stop. Sebaliknya, rokok, dengan kandungan nikotinnya, memang dapat memberikan efek stimulasi sesaat, namun penelitian lain dari Nicotine & Tobacco Research (2020) menyoroti risiko adiksi yang tinggi dan dampak negatif jangka panjang pada kesehatan mental serta fisik, termasuk peningkatan risiko depresi dan kecemasan, yang ironisnya seringkali justru ingin dihindari oleh Gen Z.
Di Bandung, misalnya, pemandangan anak muda memegang secangkir kopi dengan laptop terbuka adalah hal lumrah. Mereka merayakan kopi sebagai inspirasi, jembatan diskusi, bahkan pelengkap swafoto estetik. Kopi menjadi simbol inklusi, bagian dari komunitas yang menghargai pengalaman dan cerita. Namun, tak jauh dari sana, mungkin ada sudut tersembunyi di mana asap rokok mengepul, mengukir momen sunyi di tengah bisingnya ekspektasi. Rokok, bagi sebagian, mungkin menjadi pelarian singkat dari tekanan, sebuah ritual personal yang menegaskan eksistensi di antara keramaian dunia maya.
Pada akhirnya, pilihan kembali pada individu Gen Z itu sendiri. Apakah mereka akan membiarkan diri terbuai oleh ilusi kenikmatan sesaat yang ditawarkan rokok, atau memilih jalur kopi yang, meski juga memiliki efek samping jika berlebihan, setidaknya menawarkan narasi yang lebih positif dan didukung oleh bukti ilmiah yang lebih kuat untuk meningkatkan kualitas hidup? Keputusan ini bukan hanya soal selera, melainkan juga tentang pemahaman diri dan keberanian untuk memilih yang terbaik bagi kesehatan jiwa dan raga di tengah pusaran zaman.
0 comments:
Post a Comment