aLamathuR.com – Umur kita semakin hari hakikatnya adalah semakin berkurang. Yang bisa kita makan, makanlah. Yang bisa kita pakai, pakailah. Yang bisa kita mainkan, mainkanlah. Tapi, untuk sesuatu yang bisa kita banggakan, janganlah sesekali kita berbangga hati dulu! Kenapa? Karena sifat membanggakan (diri) tak akan melahirkan pribadi yang senantiasa lapar untuk memperbaiki diri. Lantas, bagaimana dengan membanggakan orang lain? Bolehkah?
Jawabannya bisa bermacam-macam (tergantung dari sudut pandang kita)! Tapi secara umum, beberapa yang pernah atau bahkan sering kita temui pada dasarnya ada 3 macam, diantaranya :
- Sebagian dari kita selalu membanggakan keberhasilan orang lain demi menumbuhkan motivasi bagi diri atau lawan bicara kita. Biasanya yang menjadi subjek dibanggakan adalah figur-figur sukses, terkenal, dan berhasil dalam bidangnya. Contoh : pengusaha, artis, ilmuwan dst.
- Sebagian lainnya dari kita, selalu membanggakan kesuksesan orang lain (sekalian) demi mengangkat gengsi (harga diri) di depan lawan bicara. Biasanya yang menjadi subjek dibanggakan adalah orang-orang yang “dianggap berhasil”, tapi yang masih ada hubungan dengan diri atau keluarga kita. Contoh : paman saya “yang sukses”, om saya “yang berhasil” dst.
- Sebagian lainnya selalu membanggakan figur terdekat dengan diri kita sebatas ingin menunjukkan kebanggaan tanpa ada motif apa-apa. Biasanya yang menjadi subjek dibanggakan adalah orang-orang dekat yang special, misalkan pacar. Beberapa diantara kita mungkin pernah ada menemui orang yang berkata : “ini loh pacar saya..”, “ini loh suami saya..”, atau “ini loh majikan saya..” dst. Hal ini semata hanya ditunjukkan dengan perasaan bangga saja. Tanpa bermaksud memotivasi orang, ataupun membanggakan diri sendiri.
Ada lagi yang menambahkan?
Sekali lagi, semuanya kembali kepada sudut padang masing-masing. Karena beda kepala, beda pula isi kepalanya (baca : pemikirannya)…