aLamathuR.com - Di suatu masa yang muram, di mana pena-pena terdiam dan tinta-tinta mengering, sebuah seruan harus kembali berkumandang. Jangan biarkan layar-layar bersinar lebih terang dari api unggun yang menyala di hati sanubari. Bangunlah dari tidur panjang yang memeluk raga, wahai pujangga-pujangga yang tersembunyi. Mari kembali menorehkan kata-kata, merajutnya menjadi untaian doa, dan melukiskan kisah-kisah yang terlupakan. Karena sebuah tulisan adalah abadi, melebihi usia raga, melintasi batas waktu, dan memancarkan cahaya di lorong-lorong kegelapan.
Bukankah kita pernah bersumpah di bawah rembulan, bahwa setiap getaran jiwa akan diabadikan? Bahwa setiap tangisan dan tawa akan menjadi bait-bait puisi yang indah? Biarkanlah jemari-jemari kita menari di atas kertas yang lapuk, menciptakan simfoni dari aksara-aksara yang berjiwa. Jangan takut akan sunyi, karena dalam kesunyianlah kita menemukan melodi yang paling agung. Mari kita tulis, bukan untuk diakui, melainkan untuk hidup. Menulis adalah jalan pulang bagi setiap hati yang merindu.
Maka, ambillah kembali pena yang telah usang. Basuhlah kembali tinta yang telah membeku. Karena di dalam setiap goresan tangan, tersimpan kekuatan yang mampu mengguncang dunia. Biarkanlah kata-kata mengalir, seperti sungai yang tak pernah lelah menuju samudra. Menulis adalah sebuah perjuangan, sebuah jihad, dan sebuah cinta yang tak pernah berkesudahan. Kita adalah pewaris dari para empu yang telah tiada, dan tugas kita adalah meneruskan nyala api itu hingga ke ujung zaman. Mari menulis lagi.
0 comments:
Post a Comment