aLamathuR.com - Di banyak lembaran ajaran suci, ada satu pesan yang sering berbisik: "Jangan ambil yang bukan hakmu." Pesan itu berlaku untuk semua, bahkan saat hati memanas melihat pemimpin yang tak peduli. Agama-agama besar sepakat, menjarah harta, meski dari istana yang tak berempati, adalah langkah yang salah. Ia seperti memadamkan api dengan bensin.
Islam: Kisah Tentang Berkah dan Dosa
Dalam Islam, harta itu punya jalurnya sendiri. Mengambil paksa, meski dari tangan penguasa yang zalim, adalah jalan yang berduri. Ia merenggut keberkahan, mengubah niat suci menjadi dosa. Dalam setiap ayatnya, Al-Qur'an dan Hadis seperti mengingatkan, "Jangan biarkan amarahmu mencuri kebenaran. Keadilan harus dicari, tapi bukan dengan melanggar larangan-Nya." Harta yang diambil dari penjarahan, seolah tak pernah bisa membawa kedamaian.
Kristen: Jalan Damai Mencari Cahaya
Ajaran Kristen mengajarkan, dalam kegelapan ketidakadilan, kita tak boleh membalas dengan kegelapan. Menjarah adalah membalas dendam, bukan mencari kebenaran. Alkitab memang mengecam kezaliman, tapi ia mengajak kita untuk mencari solusi yang damai, lewat jalur yang sah. Seperti mengalirkan sungai, bukan merusak bendungan. Prinsip kasih dan pengampunan menjadi lentera di jalan yang penuh tantangan ini.
Hindu dan Buddha: Simfoni Tanpa Kekerasan
Dalam Hindu, pemimpin diibaratkan pelayan rakyat, bukan raja yang serakah. Tapi, saat pelayan itu ingkar janji, bukan berarti rakyat boleh mencuri. Begitu juga dalam Buddhisme, hidup harus dijalani dengan sila, salah satunya tidak mencuri. Menjarah, apa pun alasannya, adalah melanggar sila itu. Ia seperti mematahkan rantai kebaikan yang seharusnya terjalin. Agama-agama ini mengajarkan, perjuangan haruslah seperti melukis, dengan kesabaran, bukan dengan menghancurkan kanvasnya.
Pada akhirnya, apa pun agamanya, pesannya sama. Kezaliman harus dilawan, tapi bukan dengan cara yang zalim. Api harus dipadamkan dengan air, bukan dengan api lain. Karena, keadilan sejati adalah saat kita bisa berdiri tegak, tanpa harus mengotori tangan kita dengan kesalahan.
0 comments:
Post a Comment