01 November 2016

Pacul Made In Tiongkok

"Pacul bisa diproduksi di dalam negeri. Memang selama ini sebagian besar di dalam negeri. Tapi karena permintaan terhadap cangkul besar makanya impor,". Kira-kira seperti itulah pernyataan pak menteri perindustrian saat ini, Airlangga, meneruskan pernyataan sebelumnya yang membenarkan bahwa Indonesia memang ada impor (cangkul), tapi jumlahnya kecil hanya 86.000 saja, sedangkan kebutuhan dalam negeri saat ini sampai 10 juta. Hitungan persisnya bagaimana, saya juga belum mendapatkan data jelas dan valid.

Tapi ketika berita ini menjadi viral, pak Menteri kemudian mengadakan rapat khusus membahas ini beserta kementrian perdagangan. Hasilnya? Pak Menteri menegaskan jika pemerintah tidak akan melakukan impor cangkul lagi. Sebab, beberapa industri seperti Krakatau Steel, Barata dan IKM disebut telah setuju untuk memproduksinya.

Jika memang demikian, (mungkin) jika kita mau berpikir segi positifnya adalah ternyata bangsa kita harus “dicambuk” dulu untuk bisa bangkit. Dalam kasus pacul, sepertinya pemerintah menyentil industri pacul dalam negeri untuk bisa segera menggenjot produksinya, karena jika tidak maka pacul made-in tiongkong sudah siap didatangkan.

Bahkan jika kita perhatikan, sebetulnya pacul hanya bagian kecilnya saja dari upaya memasukkan barang-barang made-in tiongkok ke negeri ini. Gak percaya? Silahkan anda buka salah satu website e-commerce terkenal di Indonesia (Laz*da), banyak sekali barang yang dijual memang berasal dari seller luar negeri (tiongkok) bahkan sampai gratis ongkos kirimnya pun digratiskan! 

Jadi pada akhirnya, kembali ke kita sendiri... jangan hanya pacul yang dipermasalahkan? Nanggung! Jika memang bangsa kita maju dengan hasil karya sendiri, mari sama-sama belajar lebih kreatif mulai saat ini, meskipun dimulai dari hal terkecil sekalipun.


0 comments:

Post a Comment