22 November 2010

Merapi Diprioritaskan, Mentawai dan Wasior? Nanti Dulu...

aLamathuR.com - Uneg-uneg ini sebenarnya sudah muncul sekitar seminggu yang lalu, tetapi baru hari ini bisa saya tuangkan sebagai posting blog. Sebuah opini yang berasal dari perspektif pemikiran pribadi terkait fenomena bencana alam yang sedang diujikan Tuhan kepada bangsa ini. Satu minggu yang lalu, saya dan beberapa teman terlibat dalam sebuah obrolan sederhana tentang berbagai bencana yang sedang dihadapi bangsa ini. Bahasannya tentu tidak jauh dari seputar bencana tsunami di Mentawai, banjir di Wasior serta letusan gunung Merapi. Apakah yang saya dapatkan dari obrolan singkat tersebut?

Obrolan sederhana kami ternyata memunculkan persepsi yang hampir sama bahwa "Penanganan bencana di negeri ini masih belum merata dan terkesan tidak adil". Lihatlah dalam perkembangan media-media saat ini, bagaimana korban bencana merapi masih bisa mendapatkan penanganan yang lebih baik dibandingkan dengan korban tsunami Mentawai atau banjir Wasior. Padahal bukankah ketiga-tiganya bisa dikatakan sebagai bencana nasional?

Entahlah, begitu banyaknya alasan yang sudah dilontarkan oleh pihak-pihak yang seharusnya terkait dalam menanggapi persoalan ini. Salah satu alasan klasik dalam kendala penanganan korban bencana tentu saja adalah terkait medan yang sulit dalam penyampaian bantuan. Jadi logikanya, semakin sulit dijangkau kawasan bencana, maka semakin kecil peluang untuk mendapatkan penanganan yang maksimal. Jika Anda pernah menyaksikan liputan di televisi mengenai proses penyaluran bantuan untuk korban banjir Wasior, dimana bantuan bahan pangan dan obat-obatan yang dikemas dalam kardus-kardus banyak yang 'hanya' dilemparkan dari pesawat. Pelemparan bantuan dalam kondisi ketinggian dan kecepatan  pesawat yang tergolong masih tinggi tersebut, apakah cara penyaluran seperti itu akan efektif? Bagaimana jika kardus-kardus bantuan itu jatuh di kubangan air misalnya? hhmmm...

Nasib korban bencana Mentawai setali tiga uang dengan korban Wasior. Meskipun diawal publikasinya cukup menarik simpati yang cukup besar dari masyarakat Indonesia, tetapi situasinya berubah pasca bencana letusan gunung Merapi terjadi. Publikasi media, penggalangan bantuan, pengerahan sukarelawan dsb ternyata lambat laun mulai mendominasi perhatian negeri ini.

Bukti nyata, beberapa stasiun televisi swasta sampai hari ini masih gencar-gencarnya menggalang bantuan untuk disalurkan ke korban merapi. Masyarakat dari berbagai lapisan dari mulai pejabat, anak sekolah, sampai komunitas jalanan begitu semangatnya menggalang dana untuk membantu korban bencana merapi. Bukti lain, bagaimana media memberitakan soal pembahasan nominal ganti rugi ternak sapi dan kambing yang mati karena wedus gembel. Untuk bencana Mentawai dan Wasior apakah ada wacana semacam itu?. Jika saya harus berbaik sangka, maka saya harus meyakinkan diri saya bahwa masyarakat Mentawai dan Wasior memang tidak ada yang memiliki hewan ternak... hahaaaa..
Jadi, sebenarnya pihak mana saja yang saat ini masih peduli dengan korban banjir Wasior atau Mentawai?

Saya tegaskan sekali lagi bahwa ini adalah opini pribadi. Anda boleh setuju, boleh juga tidak. Tetapi fakta yang saya temui di sekitar lingkungan kerja saya juga demikian. Beberapa hari yang lalu di kantor dilakukan penggalangan dana untuk korban bencana merapi. Lalu dalam pikiran saya, kenapa tidak sekalian untuk Mentawai dan Wasior? bukankah mereka juga masih perlu bantuan yang banyak?

Ahh.. sekali lagi saya dibuat penasaran dengan argumentasi yang saya ciptakan sendiri. Saya lontarkan opini ini kepada beberapa rekan kerja di kantor, dan beberapa teman diskusi dalam komunitas. Hasilnya? banyak diantara mereka sepaham dengan saya. Mereka merasa bahwa penanganan bencana di negeri ini memang harus bisa lebih optimal dan lebih adil lagi... Karena baik masyarakat Mentawai, Merapi dan Wasior adalah sama-sama bagian dari bangsa ini, yang berhak mendapatkan perlakuan dan perhatian yang sama dari semua pihak, terutama dari pemerintah...

Bukan begitu, begitu bukan ???

9 comments:

  1. saya juga merasa begitu ... berita juga kayaknya menganakemaskan merapi :D

    ReplyDelete
  2. mmhh..mgkn ini disebabkan juga krn pembangunan yg tidak merata..jd jika hrs menembus jalan tempuh utk mengirimkan bantuan ke wasior dan mentawai, tetap sulit...beda medannya dng merapi..

    ReplyDelete
  3. Kamana wae kang.. kumaha kabar ?
    Terlepas dari benar atau tidaknya argumen kang athur.. pemerintah dan masyarakat memang sudah seharusnya bersikap adil dalam meyalurkan bantuan terhadap korban bencana.. mungkin pendapat mba diana ada betulnya faktor medan yang sulit untuk wasior dan mentawai

    ReplyDelete
  4. + John Terro : sepertinya kesan yang kita tangkap sama ya pak..

    + windflowers : ahh, tp kan itu alasan klasik teh. Bukankah "if there is a will, there is way?"... hehee..

    + teh TriZ : alhamdulillah, aya wae didieu teh. teu kamana2. mung nuju rada sibuk d kantor ieu teh.. janten we teu acan tiasa rajin2 online... hehee..

    ReplyDelete
  5. seharusnya pemerintah dapat lebih adil memberikan bantuan pada yg tertimpa bencana, mereka semua adalah anak bangsa

    ReplyDelete
  6. Nancy : bahkan ada obrolan "Mbah Maridjan tiwaz karena tak mau ikut titah, sebab yang menitah adalah pemerentah dan bukan keraton" jadi ribet sendiri, apa fungsi keraton dan pemerentah?
    Alam : iyeh. rempog bener. makan dah tuh berita. gwa suka ngamuk jadinya tiap sua berita koran ato tipi, banyakan tolol daripada cerdiknyah :(

    ReplyDelete
  7. tambahan : itu tipiwan idiot bener, mosok berita lebaikampret begitu. saya membahasnya dengan teman2 di Tugu, betapa ga penting ambil berita di tempat yang mudah diakses saja lalu dijual penderitaannya. hailaaaah, buat stresz!

    ReplyDelete
  8. Kang masih sibuk nya ? mani tara katingali.. enggal atuh kang dongeng deui.. hehe..

    ReplyDelete
  9. + M. Chandra Panjinata : idealnya sih memang harus seperti itu, tapi...

    + duniaputri : kalo dikait2in sama persoalan keraton dan pemerintahan emang jadi masalah yang keliatannya dibikin kompleks banget, padahal seharusnya bisa disederhanain... gitu kan?

    + teh TriZ : aya wae.. kamri nuju liburan heula di bandung. Ayeuna mah tods siap ngadongeng deui...

    ReplyDelete