Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, yang kita peringati setiap 10 Oktober, adalah pengingat fundamental bagi kita para Milenial. Kita sering terjebak dalam etika kerja keras (hustle culture), yang membuat tuntutan finansial, karier, dan social pressure terasa begitu berat. Dulu kita fokus multitasking untuk mencapai kesuksesan, namun kini kita menyadari bahwa kesejahteraan mental adalah fondasi dari semua pencapaian. Riset terbaru menunjukkan bahwa meskipun kita mulai terbuka terhadap isu ini, kita tetap rentan terhadap peningkatan stres dan kecemasan, yang dipicu oleh perbandingan sosial dan tuntutan kinerja optimal. Oleh karena itu, momen ini harus menjadi titik balik untuk memvalidasi bahwa kesehatan mental kita adalah investasi paling berharga.
Batas yang Jelas: Kunci Keseimbangan di Lingkungan Profesional
Di momentum Hari Kesehatan Jiwa Sedunia ini, mari kita fokus pada lingkungan kerja—area yang paling banyak menguras energi kita. Seringkali, keseimbangan kerja dan hidup (work-life balance) terasa sulit dicapai karena minimnya batas tegas. Tidak ada yang salah dengan menolak merespons urusan kantor di luar jam kerja atau memanfaatkan hak cuti untuk recharge. Kesehatan mental tidak dapat ditoleransi oleh kelelahan. Kita perlu mengakui bahwa lingkungan kerja yang tidak sehat dapat merusak, dan bahwa mempertahankan batas diri adalah bagian dari integritas profesional kita, bukan suatu kelemahan.
Investasi Jangka Panjang: Jadilah Sistem Pendukung yang Tulus
Sebagai penutup di Hari Kesehatan Jiwa Sedunia ini, aksi nyata harus menggantikan kutipan inspiratif semata. Proses penyembuhan (healing) adalah komitmen jangka panjang. Mulailah dengan mengakui kelelahan dan menetapkan prioritas diri. Lebih dari itu, kita memiliki tanggung jawab komunal. Jadilah sistem pendukung yang tulus bagi rekan kerja atau kerabat yang sedang berjuang; tawarkan ruang aman alih-alih nasihat klise. Ingat, kita tidak perlu menjadi figur sempurna yang serba bisa. Kita hanya perlu menjadi individu yang sehat secara mental dan saling mendukung.
Apakah Anda siap menjadikan kesejahteraan mental sebagai prioritas utama mulai hari ini?
**artikel ini ditulis dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang jatuh di setiap tanggal 10 Oktober.