19 October 2016

Menuju Panggung DKI-1

Arena pilgub DKI 2017 sudah ramai diperbincangkan di tengah masyarakat. Tak jarang setiap pembicaraan hampir selalu menjurus ke arah perdebatan sengit di tengah masyarakat. Setiap pendukung bakal calon sepertinya tidak pernah rela jika jagoannya dikritik, atau bahkan dihujat (terutama di medsos). Kelebihan dan kelemahan masing-masing pasangan diumbar ke publik, entah itu fakta ataupun masih opini pihak tertentu yang tanpa dasar.

Jelang pemilihan DKI-1 ini tak pelak menjadi arena pertarungan bukan hanya sebatas 3 pasangan bakal calon yang sudah resmi diputuskan, tetapi lebih terlihat seperti arena debat kusir di level bawah (masyarakat, red). Isu yang dilemparkan ke publik sudah semakin tidak terkontrol, salah satunya isu SARA (suku, agama, ras, adat istiadat).

Era keterbukaan informasi memang mau tidak mau menjadi lahan empuk untuk menjadikan media (terutama TV dan medsos) sebagai alat propaganda yang paling efektif dan mematikan (baca juga : Portal Berita Berita Online Merajalela). Satu saja berita yang dimuat, asal disajikan dengan judul/ headline yang mencolok dan dibumbui dengan sedikit bahasa profokatif, maka bisa langsung menjadi viral. Mendingan kalo misalkan yang menjadi viral adalah hal positif, lha jika yang diberitakan adalah berita hoax alias bohong? Bukankah ini dinamakan fitnah?

Dalam agama yang saya yakini, ada hadits yang menyatakan bahwa fitnah lebih kejam dari pada membunuh. Nah jika jelang perhelatan pilgub aja fitnah bisa bertebaran dimana-mana, maka tidak ada bedanya kita saling membunuh sesama sodara kita sendiri..... 

.....bahkan lebih parah dari itu.


0 comments:

Post a Comment